JAYAPURA, Redaksipotret.co – Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (Hisfarma PD IAI ) Provinsi Papua menggelar workshop bertajuk “Tata Laksana Terapi TBC di Papua dan Manajemen Pembukaan Bisnis Apotik Pemula”.
Workshop ini berfokus pada konsolidasi organisasi, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, serta penguatan nilai pengabdian dalam praktik kefarmasian, khususnya di tingkat komunitas.
Ketua DPD IAI Provinsi Papua, Edward Sihotang mengatakan, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh berbagai tantangan yang dihadapi para apoteker di lapangan, terutama dalam menghadapi dinamika pertumbuhan ekonomi, perubahan komoditas pelayanan kefarmasian, serta ketatnya regulasi dalam praktik di apotek.
“Oleh karena itu, perlu adanya konsolidasi organisasi agar Hisfarma tetap menjadi wadah yang kuat dan adaptif dalam mendukung anggotanya,” ucap Edward usai pembukaan workshop di Hotel Mercure Jayapura, Papua, Sabtu (18/10/2025).
Edward bilang, situasi praktik apoteker di farmasi komunitas saat ini menghadapi tantangan besar. Maka dari itu, musyawarah kerja ini penting untuk menyatukan arah dan memperkuat organisasi.
Selain konsolidasi, workshop ini juga menjadi sarana pengembangan kompetensi bagi apoteker dan tenaga kesehatan. Edward mengatakan, hal ini sejalan dengan tanggung jawab organisasi dalam memastikan anggotanya memiliki kemampuan yang terus berkembang, mengingat ilmu kesehatan yang selalu dinamis.
“Melalui workshop, kami berharap anggota bisa meningkatkan kapasitas diri dalam menghadapi isu-isu terkini, termasuk program-program nasional serta tantangan praktik di apotek yang semakin kompleks,” kata Edward menambahkan.
Dia juga menekankan bahwa tenaga kesehatan tidak hanya bertugas secara profesional, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial dalam melayani masyarakat.
“Kalau tidak dibangun fase pengabdian, tenaga kesehatan bisa lupa bahwa profesinya bukan hanya tentang bekerja, tapi juga menyerahkan sebagian hidupnya untuk pelayanan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Arry Pongtiku turut memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan workshop Hisfarma.
“Workshop ini sangat relevan dengan situasi TBC di Indonesia yang cukup mengkhawatirkan. Dulu kita peringkat ketiga dunia, sekarang naik ke posisi kedua,” ujar Arry.
Dia menambahkan bahwa tingginya angka TBC menjadi tantangan besar bagi Indonesia yang sedang menuju status negara berpendapatan menengah ke atas.
“TBC ini sangat erat kaitannya dengan kemiskinan dan kondisi sosial ekonomi yang belum merata. Kalau kita ingin benar-benar mencapai target Indonesia Emas 2045 sebagai negara maju, maka kita harus bisa menurunkan angka TBC secara signifikan,” tegasnya.
Workshop menghadirkan narasumber dr. Rindang Pribadi Marahaba yang menyajikan materi Kebijakan Program Penanggulangan TBC dan Update Situasi Terkini Kasus TBC di Provinsi Papua, dr.Ita Juliastuti menyajikan materi update Pengobatan TBC Terbaru.
Narasumber lainnya yakni, apt.Fajri Susanti yang menyajikan materi Monitoring Efek Samping Obat Aktif pada TBC Resisten Obat, dan apt.Muhammad Ridwan yang menyajikan materi Manajemen Pembukaan Bisnis Apotek. (Syahriah)