JAYAPURA, Redaksipotret.co – Dalam upaya memperluas literasi keuangan dan memperkenalkan pasar modal kepada masyarakat Papua, Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melakukan berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi.
Namun demikian, masih ada sejumlah tantangan yang menghambat pertumbuhan investor di Papua. Pertama, akses informasi. Meski teknologi telah memungkinkan akses informasi secara luas, BEI mengakui masih ada tantangan yang harus dihadapi di lapangan.
“Walaupun kini semua orang bisa mengakses internet, tapi kenyataannya tidak semua informasi yang diterima itu akurat atau dimanfaatkan dengan baik,” ucap Kresna Aditya Payokwa selaku Kepala BEI Perwakilan Papua, di Jayapura, Rabu (2/7/2025).
Kedua, tantangan yang menjadi perhatian serius adalah maraknya investasi bodong yang kerap menjebak masyarakat. Kurangnya literasi keuangan membuat sebagian masyarakat mudah tergiur oleh iming-iming keuntungan cepat tanpa memahami risikonya.
“Kami melihat masih banyak masyarakat yang tertipu investasi ilegal. Karena itu, edukasi menjadi kunci. Kami secara rutin melakukan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang investasi yang aman dan legal,” ujarnya.
Tantangan ketiga adalah pola pikir konsumtif. Kresna bilang, ini juga menjadi hambatan dalam membangun budaya investasi. Banyak masyarakat yang lebih memilih membelanjakan pendapatannya daripada menabung atau menginvestasikannya untuk masa depan.
Oleh karena itu, BEI mulai menyasar generasi muda dengan menggandeng beberapa sekolah dalam program literasi keuangan sejak dini.
“Kami terus mendorong literasi dan edukasi investasi sejak dini agar ketika nanti mereka sudah bekerja dan memiliki penghasilan, mereka punya bekal dan kebiasaan untuk mengelola keuangan secara bijak dan mulai berinvestasi,” kata Kresna.
Sementara itu, hingga Maret 2025, jumlah investor pasar modal di wilayah Papua telah mencapai 106.542 Single Investor Identification (SID). Data ini mencerminkan peningkatan partisipasi yang cukup signifikan, terutama dari kalangan generasi muda.
Kresna membeberkan, wilayah dengan jumlah investor terbanyak adalah Papua dengan 40.261 SID, disusul oleh Papua Tengah sebanyak 18.950 SID, dan Papua Barat Daya dengan 18.800 SID.
Kemudian, Papua Barat mencatat sekitar 15.000 SID, Papua Selatan sebanyak 9.500 SID, dan Papua Pegunungan dengan 3.673 SID.
“Mayoritas investor berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa, yang mencakup 29 persen dari total investor. Disusul oleh pekerja swasta dan aparatur sipil negara (ASN) sebanyak 28 persen, serta pengusaha sebesar 12 persen,” jelasnya.
Berdasarkan rentang usia, kelompok usia 18–25 tahun mendominasi dengan 32 persen, disusul usia 31–40 tahun sebesar 27 persen, dan 26–30 tahun sebesar 25 persen.
Kresna bilang, angka ini menunjukkan bahwa generasi muda menjadi penggerak pertumbuhan jumlah investor di Papua.
Editor : Syahriah Amir